10 Tips Gaya untuk Tampil Percaya Diri Tanpa Terlihat Heboh

Membangun Gaya Pribadi yang Tenang dan Percaya Diri

Tidak semua orang ingin menjadi pusat perhatian. Ada hari-hari ketika yang diinginkan hanyalah merasa percaya diri, nyaman, dan tenang tanpa menjadi sorotan. Jika kamu juga ingin membangun gaya pribadi yang mendukung rasa percaya diri tanpa kesan “berusaha terlalu keras”, berikut sepuluh tips yang bisa jadi panduan.

Bukan soal tren atau harga, tapi soal bagaimana pakaian bisa mendukung kamu, bukan malah bersaing untuk diperhatikan. Berikut beberapa strategi untuk menciptakan penampilan yang menenangkan namun tetap menarik:

Gunakan Palet Warna yang Menenangkan

Warna netral dan tidak terlalu jenuh seperti oatmeal, navy, charcoal, olive, cream, dan biru lembut menciptakan kesan tenang tanpa kehilangan karakter. Kamu tidak harus meninggalkan warna—cukup turunkan kontrasnya.

Misalnya, kemeja biru muda dengan celana abu-abu tua terasa membumi. Sementara, warna neon dengan hitam justru “berteriak”. Coba pilih tiga warna inti dan dua warna aksen untuk satu musim. Semuanya akan mudah dipadukan dan kamu pun bebas dari kecemasan “tampil berlebihan”.

Tip cepat: Tanyakan pada diri sendiri, “Warna apa yang bikin napas terasa lebih lega?” Pakai lebih banyak warna itu.

Prioritaskan Potongan yang Pas

Pakaian yang benar-benar pas di badan—bukan ketat, bukan longgar berlebihan—membangun kepercayaan diri secara diam-diam. Blazer murah yang pas bisa terlihat jauh lebih “mahal” daripada blazer mahal yang salah ukuran.

Mulailah dari hal kecil: lengan terlalu panjang? Pendekkan. Pinggang kurang pas? Sedikit dijahit ulang bisa bikin perbedaan besar. Biaya kecil yang dibayar untuk jahit ulang seringkali jadi investasi psikologis yang sepadan. Tidak perlu tarik-tarikan baju sepanjang hari dan itu bikin kepala lebih tenang.

Bangun Gaya dari Bahan Berkualitas dengan Tekstur

Kalau tidak ingin mencolok tapi tetap ingin terlihat rapi, biarkan tekstur yang bicara. Sweater merino, kaus Oxford, celana chino lembut—semua ini menarik dari dekat, tanpa menonjol dari kejauhan.

Pikirkan begini: “Kalau baju ini difoto hitam-putih, masih kelihatan keren tidak?” Kalau jawabannya ya, berarti teksturnya cukup menarik tanpa bantuan warna mencolok atau logo besar.

Ulangi Siluet yang Sudah Terbukti Cocok

Siluet sederhana seperti celana lurus, rok A-line, kemeja longgar, atau sweter leher bulat bisa jadi andalan. Saat kamu menemukan potongan yang bikin postur membaik, simpan baik-baik dan ulangi.

Punya semacam “seragam pribadi” bukan berarti bosan, justru membebaskan kamu dari drama pagi hari. Ironisnya, mengenakan hal yang sama justru bisa membuat kamu tampil lebih autentik.

Tambahkan “Bagian Ketiga” untuk Kesan Lebih Rapi

Dua potong pakaian bisa membuat kamu berpakaian, tapi potong ketiga menyempurnakannya. Bisa berupa kardigan, blazer, rompi ringan, atau syal tipis yang menambahkan struktur tanpa menimbulkan kesan berat.

Bagian ketiga memberi kesan, “Aku memikirkan penampilan ini,” tanpa perlu teriak, “Lihat aku!” Untuk cuaca panas, bisa ganti dengan kemeja linen terbuka atau syal ringan. Halus, tapi tetap berdampak.

Gunakan Alas Kaki yang Nyaman dan Tidak Kontras

Sepatu yang nyaman bisa mengubah postur tubuh—dan dari sana, rasa percaya diri ikut muncul. Pilih warna-warna yang senada dengan celana atau kulitmu, seperti krem, navy, taupe, atau cokelat muda.

Sepatu dengan kontras rendah memperpanjang siluet tubuh dan tidak menarik perhatian berlebihan. Tes paling sederhana: “Bisa tidak jalan satu mil pakai ini tanpa meringis?” Kalau bisa, kemungkinan besar itu pilihan tepat.

Biarkan Motif Berbisik, Bukan Berteriak

Motif besar dan warna mencolok bisa terasa terlalu bising. Tapi motif kecil dengan warna kalem? Itu seperti tekstur tambahan. Motif kotak kecil, garis-garis tipis, atau bunga mungil terasa lebih tenang dan mudah dipadukan.

Kalau ragu, jauhkan motif dari wajah. Coba letakkan di bagian bawah—seperti rok bermotif atau syal kecil di tas—agar tetap menarik tapi tidak mengganggu ekspresi.

Gunakan Aksesori Seperti Editor, Bukan Kolektor

Aksesori itu seperti tanda baca—cukup satu yang tepat, tidak perlu tanda seru di mana-mana. Satu fokus seperti jam tangan simpel, ikat pinggang kulit ramping, atau anting matte bisa membawa keseluruhan tampilan ke level berikutnya.

Gunakan aturan: tambahkan, nilai, lalu hapus satu. Pilih bahan yang tidak memantulkan terlalu banyak cahaya seperti logam doff, kulit bertekstur, dan kanvas lembut.

Penampilan Rapi dan Postur yang Baik adalah Bagian dari Outfit

Baju paling bagus pun kehilangan pesonanya kalau kamu terlihat seperti sedang bertarung dengannya. Kerapian bukan soal perfeksionisme—cukup sampai kamu merasa “oke, ini cukup”.

Uapi baju. Jaga rambut tetap rapi. Potong kuku. Lalu berdiri tegak, rilekskan bahu, dan panjangkan leher seolah kamu sedang tersenyum dengan tubuhmu. Ini bukan basa-basi—penelitian tentang “enclothed cognition” menunjukkan bahwa pakaian bisa memengaruhi cara pikir dan perasaan. Tidak perlu jas lab—blazer yang pas saja bisa memberi sinyal ke otak: kamu siap.

Buat Seragam Kecil untuk Rutinitasmu

Seragam bukan musuh kreativitas, justru penyelamat dari drama pagi hari. Pilih dua rumus: satu untuk hari kerja, satu untuk akhir pekan. Contoh:

Hari kerja: celana panjang lurus + kaus rajut + blazer ringan + sepatu pantofel

Akhir pekan: jeans longgar + kaus adem + jaket ringan + sneakers bersih

Saat kamu tahu apa yang cocok, kamu bisa berinvestasi di versi yang lebih baik dan berhenti membeli hal-hal yang “lucu di toko tapi aneh di badan”. Rasa percaya diri muncul saat kamu melihat cermin dan berkata, “Ya, ini gue banget.”

Gaya yang tidak mencolok bukan berarti membosankan, justru memberi ruang bagi versi terbaik dari dirimu untuk bersinar. Karena saat pakaianmu tidak berteriak minta perhatian, kamu bisa memberikannya ke hal-hal yang benar-benar penting.